Gugum Gumilar
Saturday 30 August 2014
Wednesday 6 August 2014
Pantai Bugel Kabupaten Cibaliung Banten
Pantai bugel merupakan pantai yang sangat eksotis karena keindahannya yang masih alami. Pantai ini sangat terisolir dari dunia luar, karena letaknya yang sulit ditempuh. Terletak di sebelah utara Kab. Cibaliung, kecamatan cigeulis, banten. Akses menuju kesana cukup
Red Parrot Rainbowfish (Glossolepis incisus)
Ikan rainbow merah parrot merupakan ikan asli perairan Indonesia yaitu asal Danau Sentani, Papua Indonesia. Ikan rainbow merah ditemukan dengan bentuk parrot/perot, karena memiliki bentuk tubuh yang abnormal/kerdil/membengkok seperti paruh burung kakatua. Karena keunikannya ini membuat ikan rainbow merah parrot memiliki keunikan tersendiri sehingga memiliki nilai ekonomis dan estetika yang lebih bila dibandingkan rainbow merah normal. Ikan rainbow merah parrot sudah berhasil dibudidayakan, sehingga membutuhkan teknologi yang lebih tepat guna demi keberlangsungan ikan ini.
Sunday 26 May 2013
Peranan Industri Perikanan Dalam Perbaikan Gizi Masyarakat
Gizi sangat erat kaitannya dengan daya beli masyarakat, karena bahan pangan yang bergizi tinggi relatif memiliki harga yang mahal untuk dibeli oleh keluarga yang pas pasan. Sehingga peranan industri perikanan sangatlah penting karena dapat menciptakan produk - produk baru, sehat, dapat dijangkau oleh masyarakat menengah kebawah, distribusi lebih meluas hingga daerah pegunungan yang jauh dari laut dapat merasakan nikmatnya produk perikanan...........belum di publish semua sabar.
Tuesday 30 April 2013
Marinade Ikan
Hasil
perairan Indonesia sangat melimpah, diantaranya ikan, kerang, gurita, udang,
dan cumi-cumi. Total produksi perikanan nasional tahun 2010 mencapai 10,83 juta
ton (Tragistina dan Amri 2011). Tingkat produksi perikanan yang tinggi menjadi
potensi besar bagi usaha pengolahan produk perikananan. Komoditas perikanan
pada umumnya bersifat mudah mengalami proses kemunduran mutu. Proses pembusukan
berjalan sangat cepat sehingga proses penangangan dan pengolahan komoditas
perikanan harus dilakukan dengan cermat, cepat, hati-hati dan selalu
memperhatikan rantai dingin. Meskipun tingkat konsumsi ikan masyarakat
Indonesia juga masih rendah, namun menunjukan peningkatan yang cukup baik.
Tingkat konsumsi ikan nasional tahun 2009 mencapai 29,08 kg/kapita/tahun, sedangkan
rata-rata konsumsi ikan nasional tahun 2011 yaitu 31,64 kg/kapita/tahun (KKP
2012). Peningkatan konsumsi ikan di Indonesia menunjukan bahwa produk perikanan
kian digemari dan penting bagi produktivitas industri pengolahan. Salah satu
upaya untuk mempertahankan mutu produk perikanan sekaligus meningkatkan
konsumsi ikan pada masyarakat ialah diversifikasi produk olahan menjadi
marinade.
Marinade
adalah produk olahan yang dibuat dengan pencampuran pada suatu medium
yang terdiri dari cuka, garam dan gula, sehingga memiliki cita rasa yang khas.
Produk marinade umumnya menggunakan bahan baku ikan herring atau anchovy yang umum terdapat di Eropa
(Cosansu et al. 2010).
Penggunaan bahan baku yang umum terdapat di Indonesia seperti udang, kerang,
cumi-cumi dan gurita dalam pembuatan salad seafood marinade
diaharapkan dapat menjadi salah satu inovasi produk olahan ikan. Pengolahan
produk marinade akan menghasilkan perubahan yang dapat dianalisis secara
sensori, kimiawi maupun mikrobiologi. Perubahan-perubahan yang dihasilkan
produk marinade menjadi penting diketahui untuk menentukan kelayakan konsumsi
produk marinade.
Bahan Baku
Marinade merupakan produk perikanan yang
menggunakan daging ikan atau bagian produk perikanan sebagai bahan baku yang
dibuat dengan merendam daging ikan pada medium perendaman yang terdiri dari
larutan asam asetat dan garam sehingga dapat menimbulkan bau yang khas dan
berfungsi sebagai bahan pengawet. Bahan baku marinade yang umum digunakan ialah
ikan anchovy, herring (Clupea
harengus), sardin (Sardina pilchardus),
cod (Gadus morhua) dan salmon (Onchorynchus mykiss).
Jenis ikan anchovy yang
banyak dimanfaatkan ialah Engraulis encrasicholu (Duyar
dan Eke 2009; Cosansu et al.2010) dan Engraulis anchoita (Capaccioni et al. 2011; Yeannes dan Casales
2008). Produk marinade juga dapat dibuat menggunakan bahan baku ikan bonito
atau Sardes sardes (Duyar dan Eke 2009) dan ikan kecil
jenis Atherina
boyeri (Bilgin et al. 2011).
Metode Pembuatan
Tahap pembuatan marinade berdasarkan metode
Yeannes dan Casales (1995)dalam Yeannes dan Casales(2008)
meliputi proses preparasi dan peng-fillet-an bahan baku
lalu pencucian, perendaman larutan sodium klorida 10% selama 1 jam pada suhu
ruang dengan perbandingan ikan:larutan sebesar 1:1, dan dilanjutkan proses
pengasaman (marinating) dengan asam asetat 3% dan sodium klorida
10%. Salad seafood marinade
berdasarkan Hecer (2011) dibuat dengan merendam bahan baku berupa cumi-cumi,
surimi, kerang, udang dan gurita secara terpisah dengan asam asetat 13.5%
dan garam 4% selama 10 jam pada suhu 4oC. Proses
pembuatan salad seafood marinade
juga menggunakan sakarin sebagai pemanis tambahan. Salad seafood merupakan hasil pencampuran berbagai
bahan baku yang telah melalui proses pengasaman sebelumnya, yaitu 65% campuran bahan
baku dan 35% minyak zaitun, selama 30 menit.
Medium
Medium
perendaman marinade umumnya terbuat dari cuka dan garam, namun dapat juga
diberi penambahan rempah-rempah maupun penambahan gula. Penambahan garam dalam
medium perendaman dapat berfungsi sebagai penyeimbang rasa asam dari cuka.
Marinade termasuk dalam makanan asam karena pH medium yang rendah sehingga
pertumbuhan bakteri pembusuk dapat dihambat. Larutan asam asetat dapat
menimbulkan karakteristik yang khas pada marinade karena asam dapat mengempukan
daging. Larutan garam memberi respon terhadap proses pengurangan kadar air dan
juga dapat mengakibatkan koagulasi protein serta dapat mengakibatkan proses
hidrolisasi yang tak terbatas. Jika konsentrasi larutan asam dan larutan garam
terlalu tinggi akan mengakibatkan flavor tidak terasa dengan baik.
Analisis
Kualitas awal bahan baku menentukan kualitas
produk akhir. Nilai pH pada salad seafood marinade
dalam Hecer (2011) sebelum proses penyimpanan sebesar 3,91, sedangkan
bakteri patogen hanya dapat tumbuh pada pH di atas 4,8. Jadi, nilai pH marinade
yang dapat dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4,8. Produk marinade dengan batas
aman konsumsi menurut Bilgin et al. (2011)
yaitu memiliki nilai pH 4,1 – 4,5.
Nilai TBA (Thiobarbituric Acid)
merupakan salah satu indikator ketengikan yang baik, terutama pada produk
perikanan marinade. Tingkat ketengikan memiliki nilai TBA 4 mg malonaldeyhde/kg
hingga 8 mg malonalyhde/kg. Hasil penelitian Hecer (2011) pada menunjukan
produk marinade mengalami perubahan nilai semakin besar dari awal hingga akhir
masa penyimpanan. TVB-N (Total Volatile Base-N)
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran selama penyimpanan. Batas aman
konsumsi produk perikanan yaitu pada nilai TVB-N sebesar 35 mg/100 g. Produk
perikanan dengan nilai TVB-N antara 15-20 mg N/100 g menunjukan kualitas yang
baik. Kerusakan pada produk marinade menurut Duyar dan Eke (2009) merupakan
hasil kombinasi dari senyawa-senyawa volatil hasil degradasi protein dan
bahan-bahan teroksidasi dari lemak yang dapat mempengaruhi tekstur, aroma,
warna dan rasa pada produk.
Hasil analisis mikrobiologi dalam pengematan
Hecer (2011) menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri
patogen selama masa penyimpanan produk marinade. Lama penyimpanan produk salad
seafood marinade yaitu lima bulan. Hal tersebut menunjukan rasio antara
campuran garam dan asam asetat cukup untuk memproteksi produk dan proses
produksi dinyatakan higienis. Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian Bilgin et al. (2011) bahwa penggunaan asam
asetat 3% merupakan konsentrasi yang ideal karena dapat menurunkan pH dan
menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri tahan asam,
bukan bakteri patogen. Studi Capaccioni et al.(2011) juga membuktikan bahwa semakin tinggi
perbandingan konsentrasi larutan:bahan baku maka kecepatan penetrasi asam dan
garam pada bahan baku semakin tinggi. Rasio larutan:bahan baku sebesar 3:1
dianggap ideal karena dapat mempersingkat waktu pengasaman (marinating time) tanpa menyebabkan kerusakan sensori
dan kestabilan produk marinade.
Meskipun tidak ditemukan adanya aktivitas
mikrobiologi, namun nilai TBA terus meningkat dan nilai evaluasi sensori
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil pengamatan Hecer (2011), kualitas salad seafood marinade tidak aman dikonsumsi setelah
3 bulan masa penyimpanan. Meskipun penilaian terhadap parameter yang lain
dinyatakan baik, namun apabila hasil evaluasi sensori kurang baik maka produk
marinade tidak dapat dikonsumsi.
Analisis sensori dan nilai TBA dinyatakan
sangat penting dalam menentukan batas konsumsi produk marinade dengan jenis
bahan baku yang berbeda. Penelitian Duyar dan Eke (2009) menunjukan bahwa
produk marinade dengan bahan baku ikan bonito(Sardes sardes)
memiliki batas konsumsi hingga 130 hari penyimpanan berdasarkan hasil analisis
sensori, sedangkan produk marinade dengan bahan baku ikan anchovy (Engraulis
encrasicholu)memiliki batas konsumsi hingga 155 hari berdasarkan
batas aman nilai TBA.
Daftar
Pustaka
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2012. KKP dan Kadin dorong tingkatkan konsumsi ikan nasional. http://www.kkp.go.id [10 Juni 2012]
Bilgin S, Cetinkaya S, Bolat Y. 2011. Changes
on the nutritional compositions of the sand smelt (Atherina boyeri Risso, 1810) marinade
during storage. African Journal of Biotechnology X(16):
3197-3203
Capaccioni ME, Casales MR, Yeannes MI. 2011.
Acid and salt uptake during the marinating process of Engraulis anchoita fillets influence of the
solution:fish ratio and agitation. Ciencia e Technologia de Alimentos XXXI (4): 884-890
Cosansu S, Mol S, Alakavuk U. 2010. Effect of
a Pediococcus culture on the sensory
properties and ripening of anchovy marinade at 4oC and 16oC. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences X(1): 373-380
Duyar HA, Eke E. 2009. Production and quality
determination of marinade from different fish species. Journal of Animal and
Veterinary Advances VIII(2):
270-275
Hecer C. 2011. Changes in chemical,
microbiological and sensory properties of marinated seafood salad during
storage period. African Journal of Agriculture Research VI(22): 5087-5090
Tragistina VN, Amri AB. 2011. KKP genjot
produksi perikanan nasional naik 13% pada 2011. http://industri.kontan.co.id [10 Juni 2012]
Yeannes MI, Casales MR. 2008. Modifications
in the chemical compounds and sensorial attributes of Engraulis anchoita fillet during marinating
process.Ciencia e Technologia de Alimentos XXVIII (4): 798-803
Mengenal Marinasi
Oleh Elvira Syamsir (Tulisan
asli didalam Kulinologi Indonesia)
Marinasi adalah proses
perendaman daging didalam marinade, sebelum diolah lebih lanjut. Marinade adalah nama populer dari cairan
berbumbu yang berfungsi sebagai perendam daging (termasuk juga daging unggas
dan seafood), biasanya digunakan untuk menambahkan flavor dan/atau meningkatkan
keempukan daging. Variasi marinade
sangat banyak dengan kekhasan formulanya masing-masing. Pemilihan marinade karenanya menjadi kunci
penting untuk menghasilkan masakan daging yang lezat.
Marinasi dan Jenis Marinade
Sebagai salah satu metode
preparasi pangan, marinasi telah dikenal sejak lama. Pada awalnya, marinasi dilakukan untuk
mengawetkan ikan. Ikan direndam dalam
marinade sederhana berupa larutan garam, untuk memperpanjang umur simpannya
sekaligus menghasilkan flavor unik yang berbeda dengan ikan asalnya. Dalam
perkembangannya, inggridien dari marinade bukan lagi hanya garam, tetapi juga
minyak makan (minyak zaitun, minyak almond, dan sebagainya), asam (vinegar, lemon
juice, wine dan lain sebagainya), rempah dan berbagai bahan lainnya. Dengan berkembangnya teknik pengawetan saat
ini, maka tujuan utama marinasi bukan lagi untuk pengawetan tetapi untuk memberikan flavor,
menjaga produk tetap juicy (tidak kering) ketika diolah lebih lanjut, dan/atau
untuk mengempukkan daging.
Saat ini bisa dijumpai
marinade yang berbasis minyak, berbasis asam atau kombinasi keduanya. Minyak berfungsi untuk mempertahankan air
daging (menjaga daging tetap juicy), sementara asam berfungsi sebagai pengempuk
(karena dapat memotong protein (serat) daging).
Gula, rempah dan garam didalam marinade berfungsi untuk membentuk flavor
produk. Gula juga membantu pembentukan
warna kecoklatan ketika daging dimasak, sementara garam dan sodium fosfat (digunakan
dalam beberapa produk marinade komersial) membantu memperbaiki kemampuan daging
dalam mengikat air sehingga mengurangi susut masak (cooking loss) selama
pemasakan dan mempertahankan kesan juicy daging pada produk daging setelah
dimasak.
Memilih Marinade
Pemilihan jenis marinade
tergantung pada tujuan akhir yang ingin dicapai. Marinade berbasis minyak bisa digunakan jika
proses marinasi ditujukan hanya untuk memberikan flavor pada daging. Sebaliknya, jika tujuan utamanya adalah untuk
pengempukan, maka sebaiknya digunakan marinade yang berbasis asam. Jika pembentukan flavor dan pengempukan
menjadi tujuan proses marinasi, maka digunakan marinade yang inggridiennya
merupakan kombinasi antara marinade berbasis minyak dan asam.
Karena proses penyerapan
marinade oleh daging selama proses marinasi terbatas, maka marinasi terutama
mempengaruhi flavor di permukaan daging.
Marinasi untuk jangka waktu yang lebih lama dapat membantu penetrasi
marinade ke bagian daging yang lebih dalam, tetapi kondisi ini selain tidak
efektif juga beresiko dari aspek keamanan pangannya. Penambahan asam yang memutus serat daging
akan membantu proses penyerapan marinade.
Hanya saja, penggunaan asam perlu dikontrol agar tidak menyebabkan
inkonsistensi flavor dan rendemen.
Untuk mempercepat proses
pengempukan daging, beberapa marinade komersial menambahkan enzim kedalam
formula marinade. Enzim yang ditambahkan
adalah enzim protease, yang seperti halnya asam, dapat memotong-motong protein
(serat) daging menjadi bentuk peptida yang lebih pendek dan menyebabkan tekstur
daging menjadi lebih empuk. Penambahan
enzim protease dalam formulasi marinade yang dibuat sendiri, dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim protease komersial yang bersifat food grade, atau
dengan menambahkan bahan segar yang
secara alami mengandung enzim protease. Contoh beberapa bahan segar yang
mengandung protease adalah jahe, nenas, pepaya, kiwi dan kurma.
Bumbu dan rempah berfungsi
untuk memberikan flavor. Jika anda
membuat marinade sendiri, gunakan bumbu (rempah) segar karena akan menghasilkan
flavor yang lebih tajam dibandingkan dengan bumbu kering. Bumbu kering sebaiknya hanya digunakan dalam
kondisi waktu yang mendesak. Marinade
yang dibuat sendiri sebaiknya didiamkan selama minimal satu jam sebelum
diaplikasikan untuk proses marinasi. Hal ini bertujuan untuk mengkombinasikan
flavor secara optimal.
Perlu diingat, bahwa satu
jenis inggridien tidak selalu berfungsi tunggal, tetapi mereka juga bisa
memiliki beberapa fungsi sekaligus.
Sebagai contoh, inggridien bersifat asam seperti citrus juice, vinegar,
salsa, yogurt, tomat dan wine selain berfungsi sebagai pengempuk, juga
berfungsi untuk membentuk flavor spesifik pada daging yang dimarinasi. Minyak
wijen sangrai selain berfungsi untuk menjaga agar daging tetap juicy, juga
memberikan flavor khas kedalam daging. Sementara
itu, berbagai buah yang bersifat asam seperti nenas dan citrus dapat berfungsi
sebagai bahan pengempuk (mengandung asam dan beberapa mengandung protease) juga
pembentuk flavor.
Proses Marinasi Yang Baik
Untuk memperoleh produk
akhir yang memuaskan, baik dilihat dari aspek sensorik maupun keamanannya, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan.
Beberapa diantaranya adalah
karakteristik daging dan marinade, kondisi proses dan penyimpanan serta
pertimbangan umur simpan.
Waktu proses marinasi sangat
bervariasi, dari beberapa menit sampai beberapa jam. Harus diperhatikan bahwa waktu proses
marinasi yang berlebihan dapat menyebabkan daging menjadi lembek dan hancur.
Pada potongan daging yang
dari asalnya sudah empuk, proses marinasi ditujukan hanya untuk menambahkan
flavor sehingga waktu untuk marinating singkat, sekitar 15 menit sampai 2 jam
dan dapat menggunakan marinade berbasis minyak.
Penggunaan marinade berbasis asam tinggi tidak disarankan karena dapat
menyebabkan daging mengkerut dan menjadi keras.
Untuk daging yang kurang empuk, pada daging sapi misalnya dari bagian
chuck, round, flank dan skirt, pengempukan dapat dilakukan dengan menggunakan
marinade asam yang mengandung inggridient pengempuk (asam) dan memperpanjang
waktu marinating menjadi sekitar 6 sampai 24 jam. Waktu dapat dipersingkat dengan menambahkan
enzim protease kedalam marinade.
Proses marinasi di jasa boga
biasanya dilakukan dengan cara merendam daging didalam marinade. Ukuran daging
perlu diperhatikan, agar penetrasi marinade kedalam daging bisa optimal. Daging ayam karena ukurannya kecil, bisa
direndam kedalam marinade dalam bentuk utuh atau potongan; sementara daging
dari hewan besar sebaiknya direndam dalam bentuk potongan-potongan yang lebih
kecil. Daging bisa ditusuk-tusuk dengan garpu, dan lubang yang terbentuk dapat
membantu mempercepat masuknya marinade kedalam daging. Untuk potongan daging yang relatif tebal,
marinade bisa dimasukkan kedalam daging dengan sistem injeksi, untuk
mempercepat waktu penetrasi dan memperpendek waktu marinasi yang dibutuhkan. Selain dengan sistim perendaman, proses
marinasi juga dapat dilakukan dengan cara tumbling, yaitu memberikan agitasi
mekanis pada daging dan larutan marinade. Tumbling menyebabkan serta daging
terputus dan membantu proses penetrasi cairan marinade kedalam daging.
Untuk keamanan produk, maka
proses marinasi yang akan dilakukan dalam waktu lebih dari 1 jam seharusnya
dilakukan pada suhu rendah (dalam refrigerator atau cold storage) dengan suhu
maksimal 4°C, untuk menekan pertumbuhan mikroba, termasuk patogen. Didalam suhu dingin, marinasi dapat dilakukan
selama dua hari. Kantong plastik yang
sifatnya food grade bisa digunakan untuk proses marinating ini, demikian pula
halnya dengan wadah plastik yang food grade, wadah gelas ataupun wadah
stainless steel. Penggunaan wadah besi
untuk proses marinasi sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan karat jika
bereaksi dengan asam yang merupakan salah satu inggridien marinade. Karat dapat menyebabkan kontaminasi logam
serta penyimpangan bau dan warna pada produk.
Selama proses marinasi, wadah atau kantong harus selalu dalam keadaan
tertutup untuk mencegah kontaminasi.
Potongan daging yang dimarinase sebaiknya dibolak-balik secara berkala,
agar marinade terdistribusi secara homogen keseluruh permukaan daging.
Marinade bekas tidak boleh
digunakan untuk proses marinasi daging berikutnya, karena marinade bekas bisa
jadi sudah mengalami peningkatan jumlah mikroba. Gunakan marinade segar (belum digunakan untuk
merendam daging mentah) sebagai baste atau sauce. Tetapi, jika anda ingin menggunakan marinade
bekas merendam daging sebagai sauce, maka marinade bekas ini harus anda
panaskan dalam kondisi mendidih minimal selama 5 menit untuk membunuh mikroba
yang mungkin ada didalamnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)